Saturday, October 31, 2009

Cara Rasulullah bercinta

Bercinta Seperti Rasulullah

Perihal hubungan seksual (bercinta), Rasulullah SAW memberi petunjuk yang sangat sempurna, beralas etika dan estetika Rabbaniyah (ketuhanan). Bercinta tidak saja untuk menyehatkan jiwa, namun juga memberi kepuasan serta kenikmatan jiwa. Pitutur Rasulullah SAW tentang bercinta (senggama) adalah nasehat paripurna, utamanya demi menjaga kesehatan tubuh, mental, dan spiritual, berikut mewujudkan tujuan bersenggama itu sendiri. Diantara tujuan hubungan seksual menurut ajaran Islam ialah:

1. Melahirkan dan menjaga kelangsungan keturunan. Dengan kelahiran putra-putri buah senggama, nantinya diharapkan akan lahir generasi penerus bagi keluarga dan kommunitas serta kesinambungan suatu bangsa;

2. Mengeluarkan air (sperma) berdampak positif bagi tubuh. Sebab apabila iar sperma dibiarkan mengendap di dalm tubuh tanpa disalurkan ke ladang tempat bercocok tanam (fitrah penyaluran), akan berdampak buruk bagi tubuh maupun mental seseorang;

3. Media untuk menyalurkan hajat, guna merengkuh kenikmatan surga duniawi. Bedanya, bersenggama di dunia bisa melahirkan anak, sedang di surga keabadian tidak akan membuahkan anak, semua itu harus dilakukan dengan cara yang benar dan baik, sesuai dengan etika dan estetika, serta aturan luhur yang selaras dengan nilai-niilai ajaran Islam.

Etika Sebelum Bercinta

Ajaran Islam mengajarkan etika senggama, yang harus dipahami setiap Muslim. Ada banyak ayat al-Quaran dan Sunnah Nabi yang menuturkan masalah etika bercinta ini. Karenanya, sebelum bercinta, setiap Muslim harus memperhatikan etika (adab) dan prasyarat bersenggama sebagai berikut:

Pertama, Tidak Menolak Ajakan Bercinta. Secara tabiat maupun fitrah, para lelaki lebih agresif, tidak memiliki energi kesabaran, serta kurang bisa menahan diri dalam urusan making love ini. Sebaliknya, para wanita cenderung bersikap pasif, pemalu, dan kuat menahan diri. Oleh sebab itu, diharuskan bagi wanita menerima dan mematuhi ajakan suami untuk bercinta. Dalam sebuah hadis dituturkan, Rasulullah SAW bersabda:

"Jika seorang istri dipanggil oleh suaminya karena hajat biologisnya, maka hendaknya segera datang, meski dirinya sedang sibuk (HR Turmudzi)."

Ajaran Islam tidak membenarkan perilaku para istri yang menolak ajakan suami mereka untuk bercinta. Dalam sebuah hadis riwayat Ibnu Umar, Rasulullah SAW bersabda: Allah melaknat wanita yang menunda-nunda, yaitu seorang istri ketika diajak suaminya ke tempat tidur, tetapi ia berkata, 'nanti dulu', sehingga suaminya tidur sendirian (HR Khatib). Dalam hadis lain dituturkan: Jika suami mengajak tidur istrinya, lalu sang istri menolak, yang menyebabkan sang suami marah kepadanya, maka malaikat akan melaknat istri tersebut sampai pagi tiba (HR Bukhari dan Muslim).

Kedua, Bersih dan Suci. Haid adalah penyakit bulanan yang tidak suci, wanita yang sedang haid berarti tidak suci. Karenanya, para suami yang istri mereka sedang mengalami datang bulan dilarang mensetubuhinya selama waktu haid. Manakala darah haid sudah berhenti, maka wajib bagi wanita membersihkan tubuhnya dengan air. Kemudian mengambil 'secuil' kapas atau kain, lalu melumurinya dengan kasturi atau bahan pewangi lainnya yang beraroma semerbak menawan, kemudian membilas bagian tubuh yang terlumuri darah saat haid, sehingga tidak ada lagi bau tak sedap pada tubuh sang wanita. Dalam sebuah riwayat dari Aisyah Ra dituturkan, suatu hari, ada seorang wanita bertanya kepada Rasulullah SAW, tentang cara bersuci (membersihkan diri) sehabis datang bulan. Rasulullah SAW bertutur kepada wanita tersebut: Ambillah bahan pewangi dari kasturi. Bersihkan dirimu dengannya. Wanita itu bertanya: Bagaimana caraku membersihkan tubuh? Rasulullah SAW menjawab: Bersihkan tubuhmu dari noda haid. Wanita itu bertanya lagi: Bagaimana caranya? Rasulullah SAW menjawab: Subhanallah, bersihkan dirimu! Aisyah Ra melanjutkan penuturannya: Aku lantas membisiki wanita itu, 'Bilas tubuhmu yang terlumuri darah haidmu dengan pewangi kasturi' (HR Bukhari).

Allah Azza wa Jalla juga menyatakan di dalam firman-Nya, bahwa syarat untuk melakukan hubungan badan ialah harus dalam kondisi suci. Kesucian tubuh dari 'penyakit' haid adalah demi mewujudkan seks sehat, sebagaimana firman-Nya:

"Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah. Haid itu adalah kotoran (penyakit). Oleh sebab itu, hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri

(QS. al-Baqarah/2: 222).

Rasulullah SAW juga mengingatkan kepada para suami, agar tidak menyetubuhi istri mereka dalam keadaan nifas dan haid. Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa yang bersenggama dengan wanita yang sedang haid, atau menyetubuhi wanita dari dubur (lubang anus)-nya, atau mendatangi paranormal (ahli tenung), dan mempercayai ramalannya, Maka sejatinya ia telah kufur (ingkar) dengan apa-apa yang diturunkan kepada Muhammad SAW (HR Abu Daud). Dalam riwayat lain dituturkan, Rasulullah SAW bersabda: Datangilah istrimu dari arah depan atau dari arah belakang, tetapi awas (jangan menyetubuhi) pada dubur dan (jangan pula) dalam keadaan haid (HR Akhmad dan Tirmidzi). Lain daripada itu, selain harus suci - tidak haid dan nifas - pasangan Muslim harus bersih-bersih diri sebelum bercinta, agar tubuh mereka bersih dan percintaan yang dilakukan sehat.

Ketiga, Bercinta Sesuai Aturan Syariat. Salah satu tujuan making love (bercinta) adalah untuk melahirkan keturunan. Dan proses kelahiran hanya terjadi manakala terjadi pembuahan sperma laki-laki dan perempuan dalam rahim. Karenanya, bercinta harus dilakukan dengan cara yang benar, yatitu melalui tempat yang semustinya, bukan melalui anus (dubur) maupun lisan (oral sex) - sebagaimana yang jamak dilakukan orang-orang yang memiliki kelainan seksual, serta orang yang tidak paham niali-nilai agama. Lain daripada itu, bersenggama tidak sesuai aturan sama halnya menafikan kehormatan wanita yang disetubuhinya. Dan cara seperti itu mustahil bisa melahirkan keturunan. Ajaran Islam memberi syarat, bahwa senggama harus ditempatkan pada tempat yang semustinya, yaitu vagina wanita, bukan melalui anus (dubur) atau mulut wanita (seks oral). Sebab percintaan yang dilampiaskan pada tempat selain vagina, mustahil dapat membuahkan keturunan. Oleh sebab itu, Allah Azza wa Jalla berfirman: Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok-tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki (QS. al-Baqarah/2: 223).

Keempat, Berhias Diri. Diantara syarat bercinta ialah masing-masing pasangan - suami istri - harus berhias diri untuk menyenangkan dan menggairahkan percintaan yang hendak dilakukan. Diantara cara berhias diri dalam bercinta adalah:

1. Mambagusi bagian tubuh, yang merupakan lima organ fitrah, sebagaimana dituturkan Rasulullah SAW: Lima hal yang termasuk fitrah (sesuci), yakni mencukur kumis, mencukur bulu ketiak, memotong kuku, mencukur bulu kemaluan, dan khitan.

2. Menggunakan wewangian, yang paling utama adalah kasturi. Dalam sebuah riwayat dituturkan, bahwa tatkala seorang sahabat yang memberitahu Rasulullah SAW tentang adanya seorang wanita yang memerciki cincinnya dengan kasturi, Rasulullah SAW bersabda: Kasturi adalah sebaik-baik wewangian.

3. Memakai celak, dan jenis celak terbaik ialah yang terbuat dari bahan itsmid. Abdullah bin Abbas meriwayatkan, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya sebaik-baik celak kalian adalah yang terbuat dari bahan itsmid. Ia dapat menajamkan penglihatan, serta menumbuhkan rambut. Al-Qur'an juga mengisyaratkan anjuran berhias diri bagi kaum wanita, sebagaimana firman-Nya:

"Orang-orang yang meninggal dunia diantaramu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber-'iddah) empat bulan sepuluh hari. Kemudian apabila telah habis 'iddahnya, maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut.

(QS. al-Baqarah/2: 234)

Sayyid Qutub dalam tafsirnya menjelaskan, bahwa redaksi al-Qur'an membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut adalah bukti otentik, dibolehkannya bagi kaum wanita untuk berhias diri, hal mana yang demikian itu dilakukan dengan tujuan agar datang lelaki meminangnya.

Kelima, Berdoa. Diantara etika seks dalam Islam ialah membaca doa sebelum melakukan persetubuhan. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abdullah bin Abbas dituturkan, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: Jika salah seorang diantara kalian hendak mencampuri istrinya, maka hendaknya sebelum senggama membaca doa: Bismillah, Allahumma jannibnaa asy-syaithan, wa jannib asy-syaithana ma ruziqnaa (Dengan menyebut nama Allah. Ya Allah jauhkanlah kami dari Setan. Dan jauhkan setan dari apa-apa yang Engkau karuniakan kepada kami (anak keturunan). Dengan memanjatkan doa, diharapkan anak yang lahir dari buah percintaan tidak goyah diperdaya setan, akan tetapi serta selalu dekat kepada Allah.

Keenam, Mencari tempat bercinta yang nyaman dan merahasiakan apa yang terjadi diantara suami istri pada waktu bercinta. Diantara syarat bercinta dalam Islam ialah mencari tempat yang nyaman dan merahasiakan apa yang terjadi pada saat bercinta, baik istri maupun suami, tidak diperkenankan menceritakan 'geliat' percintaan yang dilakukannya kepada orang lain. Dalam sebuah hadis riwayat Abu Said Khudri, ia menuturkan, Rasulullah SAW bersabda: Selazimnya bagi kaum lelaki diantara kalian yang hendak memenuhi hajat biologisnya, mencari tempat yang nayaman, jauh dari hiruk pikuk keluarganya, dan menutup pintu rapat-rapat, serta mengenakan sehelai kain, barulah bercinta (bersetubuh). Kemudian apabila telah selesai bercinta, hendaknya tidak menceritakan hubungan badannya kepada orang lain. Selazimnya bagi kaum wanita diantara kalian, yang hendak memenuhi hajat biologis, mencari tempat yang nyaman, menutup pintu rapat-rapat, dan mengenakan sehelai kain untuk menutup tubuhnya. Dan jika selesai memuaskan dahaga cinta, hendaknya tidak menceritakan hubungan intimnya kepada yang lain. Salah seorang wanita berujar: Demi Allah, wahai utusan Allah, kebanyakan daripada kaum wanita menceritakan apa yang mereka alami saat senggama kepada yang lain, serta jamak melakukan percintaan di tempat terbuka. Rasulullah SAW berkata tegas. Janganlah kalian melakukan hal seperti itu - menceritakan sesuatu saat senggama dan bersetubuh di tempat terbuka, serta bertelanjang bulat. Sebab perbuatan seperti itu, sama persisnya dengan perbuatan setan pria bertemu dengan setan wanita di tengah jalan, lalu bersetubuh di tempat terbuka, setelah setan pria selesai melampiaskan dahaga seksnya, lantas meninggalkan si wanita begitu saja. Rasulullah SAW juga meyerukan untuk mengenakan kain saat bercinta, sebagaimana sabdanya: Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla adalah maha lembut, maha malu, maha menutup diri. Dia mencintai rasa malu dan menutup aurat. Menutup aurat, tidak saja dalam 'laku' kehidupan di ruang publik, tetapi juga saat bercinta.

Ketujuh, Tidak bercinta saat melakukan iktikaf atau sedang dalam kondisi berihram. Orang yang sedang menjalankan iktikaf di masjid tidak boleh bersenggama, demikian pula orang yang sedang berihram, juga tidak boleh bercampur dengan pasangannya, sebagaimana diwartakan al-Qur'an: Janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah, maka jangnlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa (QS. al-Baqarah/2: 187). Usman bin Affan meriwayatkan, bahwasanya Rasulullah SAW bertutur: Orang yang sedang melaksanakan ibadah Ihram tidak boleh bersenggama, maupun menikah atau melamar (HR Muslim). Dalam riwayat Turmudzi disebut dengan redaksi: Saat berihram dilarang bersetubuh.

Kelapan, tidak bercinta dengan istri yang sedang datang bulan (haid). Ajaran Islam melarang pasangan suami istri bercinta saat sang istri sedang datang bulan. Sebab haid adalah penyakit, dikhawatirkan bayi yang lahir dari buah senggama pada kondisi seperti itu akan tidak sempurna (cacat). Allah menjelaskan dalam al-Qur'an: Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: "Haid itu adalah kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereke, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan meyukai orang-orang yang mensucikan diri (QS. al-Baqarah/2: 222). Ajaran Islam juga melarang suami menggauli istrinya ketika dalam keadaan nifas - usai melahirkan. Alasannya jelas, bahwa bercinta dalam ajaran Islam adalah termasuk laku ibadah, karenanya harus dilakukan pada waktu kondisi baik.

Kesembilan, memperhatikan kondisi fizik. Waktu yang paling tepat untuk melakukan hubungan badan adalah saat kondisi fisik dalam keadaan fit (segar bugar), yakni pencernaan makanan lancar, tensi tubuh seimbang antara panas dan dingin, kondisi perut tidak kenyang dan tidak lapar. Sebab bersenggama dalam keadaan tubuh tidak fit, pencernaan makanan tidak lancar, tensi tubuh terlalu panas maupun terlalu dingin, perut terlalu lapar maupun kenyang, akan membuat hububgan badan kehilangan maknanya, dan tidak bisa dinikmati bahkan melahirkan madharat (mara bahaya). Bersenggama dalam keadaan perut lapar lebih berbahaya ketimbang perut dalam keadaan kenyang. Lain daripada itu, tidak akan bisa merengkuhi nikmat senggama, lebih-lebih memberi kepuasan seksual kepada pasangan hidup. Rasulullah SAW bersabda: Jika seseorang diantara kamu bersenggama dengan istrinya, hendaklah ia lakukan dengan penuh kesungguhan. Kemudian, kalau ia telah menyelesaikan kebutuhannya sebelum istri mendapatkan kepuasan, maka janganlah ia buru-buru mencabut (kemaluannya), sampai istrinya menemukan kepuasan (HR Abdul Razaq).

Tatapan Hati versi 2

kian lama kukenali,
ku hidup dalam bercinta,
bertubi-tubi dugaan kualami,
mengajar ketabahan diri,...

seringkali aku mengeluh..
rasa menyesal slalu menghantui,
adakala fikiran dihantui..
alangkah baik diriku hidup sendiri...
jika begini realiti cinta dilalui...

yaAllah,...
ku akui akan kelemaan diri
sifat kebudakan yang aku miliki,..
mungkin jua sebabku dibenci,..

yaAllah,.
perubahan inginku perolehi,..
dorongan,semngat jua sntiasa ku ingini
seringkali diri ini diuji,.
keegoan diri jauh ku didalam diri,..
kerana ingin memahami,...
sifat cemburu,pemarah teman yang dikasihi...

ini bukannya sekali,..
bertahun lama ku bermain emosi,
sedih,kecewa,marah....
menghantui diri..
hingga diri hilang tumpuan stdy...

yaALLAH,....
jika ini mengajar diri..
kan ku terima cinta yang diKau beri..



Bersambung...............................................

Saturday, October 24, 2009

Turki ‘Dikelubungi’ Isu Tudung

TUDUNG Turki memang memikat - dari segi aneka corak dan warnanya yang menarik. Ramai kaum wanitanya yang bertudung menurut syariat agama atau sekadar ikut fesyen saja. Bagaimanapun, tudung Turki lebih hebat kerana signifikan politiknya di negara yang mempunyai penduduk majoritinya beragama Islam.

Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan membuat kenyataan pada penghujung Ogos 2007 lalu, menyatakan hasrat pemerintah untuk menarik balik pengharaman pemakaian tudung di seluruh universiti di negara itu.

Pengharaman bertudung di kampus dikuatkuasakan lebih 20 tahun lalu sejurus rampasan kuasa oleh pihak tentera pada awal 1980-an. Menurut tentera, tujuannya menyekat kebangkitan gerakan Islamik yang mengancam dasar sekularisme Turki warisan Mustaffa Kamal Ataturk.

Maka, Perlembagaan dipinda untuk melarang wanita memakai tudung di sektor awam seperti sekolah dan hospital.

Apa dikhuatiri pada tudung?

“Tudung adalah satu simbol politik,” demikian hujah Profesor Nilufer Narli, ketua jabatan sosiologi Universiti Bahcesehir. Beliau merupakan antara ribuan warga Turki yang membantah pencalonan awal Abdullah Gul sebagai Presiden Mei lalu.

Alasannya? Selain imej Gul yang condong Islamik, hakikat isteri beliau memakai tudung telah juga dijadikan isu besar. Jika Gul menang (kini sudah pun menjadi Presiden), isteri beliau akan menjadi Wanita Pertama yang pertama memakai tudung dalam sejarah moden Turki selepas tumbangnya pemerintahan kekhalifahan Uthmaniah.

Golongan sekularis atau penyokong falsafah perjuangan Ataturk dicengkam bimbang. Bak kata Profesor Narli, mereka khuatir jika Wanita Pertama memakai tudung; ini bak bagi betis hendak paha.

Suara demikian bukanlah baru, namun faktanya bercanggah dengan realiti semasa di Turki. Tinjauan oleh Yayasan Pengajian Ekonomi dan Sosial Turki menunjukkan sekitar 62 peratus atau dua bagi setiap tiga wanita Turki itu bertudung saban hari.

Seorang wartawan BBC menulis kilasan berikut dalam BBC News:

“Terdapat satu gambaran sekilas Turki moden: Dua wanita berjalan seiring di Jalan Istiqlal di Istanbul, seorang berbaju labuh dan bertudung, dan seorang lagi berbaju pendek sendat, dengan rambutnya menggerbang. Tetapi, apabila ke universiti, baik universiti awam mahupun universiti swasta, tidak kelihatan seorang pun yang bertudung. Tiada Anggota Parlimen wanita yang bertudung di parlimen dan wanita yang memakai tudung sengaja dipotong namanya daripada senarai para undangan ke jamuan Hari Republik di istana presiden di Ankara.”

Beberapa pihak berpendapat kenyataan terbaru Erdogan bak menjolok sarang tebuan. Erdogan macam sengaja menguji ketahanan pemerintahan Parti AK pimpinannya dalam menghadapi golongan sekular, terutamanya tentera.

Tekanan sudah pun dirasakan dalam kempen awal pencalonan Abdullah Gul dahulu. Pencalonan itu dibantah menerusi satu tunjuk perasaan besar-besaran daripada golongan pemuja Ataturk dengan didalangi Persatuan Pemikiran Ataturk (Ataturk Thought Association, ringkasnya ADD). Pihak tentera menggunakan helah tunjuk perasaan itu dengan mengancam akan campur tangan jika keadaan menjadi buruk.

Para panglima tentera menjadi panik apabila pencalonan awal Gul dipersetujui parlimen pada 27 April. Tentera telah mengeluarkan kata dua akan bertindak tegas sebagai ´pelindung mutlak sekularisme´. Ini disusuli tunjuk perasaan besar, diikuti kemudiannya keputusan Mahkamah Perlembagaan yang mengisytiharkan pengundian di parlimen pada 27 April itu tidak sah.

Tekanan kuat golongan sekular dan tentera itu memaksa pemerintahan Erdogan untuk melekaskan tarikh pilihan raya umum kepada 22 Julai yang memberikan Parti Keadilan dan Pembangunan (atau singkatannya, AK) mandat baru yang besar.

Dengan mandat tersebut, Abdullah Gul dengan mudah dipilih parlimen sebagai presiden baru pada 28 Ogos. Sekali gus isterinya yang bertudung menjadi Wanita Pertama yang menyeri majlis negara.

Kemenangan itu bagaimanapun tidak pula membuat Erdogan memandang ringan ancaman pihak tentera. Harus diingat, tentera Turki merupakan angkatan yang kedua terbesar dalam Pertubuhan Perjanjian Atlantik Utara (Nato) dan sudah menggulingkan empat pemerintah awam Turki sepanjang setengah abad dengan kali terakhir 10 tahun yang lalu.
Bagaimanapun, Erdogan terbukti seorang ahli strategi dengan mengambil kira beberapa faktor yang menyebelahinya.

Pertama, kemenangan besar Parti AK dalam pilihan raya umum menggambarkan sokongan rakyat kepada manifesto parti itu yang mahu memulihkan hak asasi individu dan kebebasan demokrasi menerusi penyusunan semula sebuah perlembagaan yang memenuhi aspirasi rakyat.

Kedua, tiada sebarang bukti yang boleh menunjukkan Erdogan dan Parti AK telah mencabul teras sekularisme di Turki. Malah beliau telah secara terbuka beberapa kali menyatakan sikapnya menerima sekularisme di Turki.

Ketiga, kedua-duanya - Erdogan dan Abdullah Gul lebih menegaskan dasar pemerintahan untuk mengembalikan hak asasi rakyat dalam sebuah negara demokrasi. Tiada sentimen agama yang dilahirkan dalam menyatakan hasrat untuk menarik balik pengharaman ke atas pemakaian tudung di kampus.

Menurut Erdogan, “Kita bercakap tentang kebebasan.”

Beliau menghujahkan: “Hak ke pengajian tinggi tidak boleh dibataskan kerana seseorang wanita itu bertudung. Tiada sebarang masalah begini dalam masyarakat Barat, tetapi ini satu masalah di Turki. Saya percaya tugas pertama ahli-ahli politik ialah menghuraikan masalah ini.”

Presiden Abdullah Gul sendiri menyokong rancangan pemerintah itu sambil menegaskan: “Adalah lebih baik (bagi wanita yang bertudung) keluar belajar di universiti daripada tinggal di rumah dan terputus daripada kehidupan sosial.”

Isu kebebasan bertudung bukan saja telah menghalang penyertaan wanita Turki dalam sektor awam, bahkan menimbulkan kesan sosioekonomi yang merugikan negara. Contohnya, wanita yang tidak bersedia meninggalkan kebiasaannya bertudung akan tersekat laluan ke universiti tempatan. Golongan profesional wanita yang bertudung pula terpaksa bekerja di luar negara ataupun di sektor yang tiada larangan bertudung.

Kejayaan golongan Islamik akan bergantung pada faktor dalaman dan luaran. Ia perlu hati-hati dengan risiko kemarahan pihak sekular dan pemuja falsafah Ataturk atau ‘laicisme’ Turki.

Setakat ini, pemerintah Parti AK telah berhasil membawa kemajuan ekonomi dengan kadar inflasi yang semakin rendah dan kadar pelaburan asing yang semakin meningkat.

Jadi, golongan Islamis tidak harus bersikap terlalu yakin (over confidence). Mentelah dalam rangka Turki ingin menjadi anggota Kesatuan Eropah (EU), telah ada keputusan Mahkamah Hak Asasi Eropah yang memutuskan bahawa pengharaman bertudung di menara gading Turki itu tidak bercanggah dengan kebebasan asasi, malah diperlukan demi melindungi aturan sosial negara Turki berhadapan golongan ekstremis.

Nampaknya, sejauh ini, laluan inilah yang menjadi pilihan pemerintah Erdogan yang berkata:

“Kami mahukan Perlembagaan yang dapat memberi perlindungan serta jaminan yang negara ini berlandaskan undang-undang demokratik, sekular dan kepentingan sosial. Perlembagaan ini bakal meletakkan Turki di laluan sebenar dan sudah menjadi kewajipan kita membahaskannya serta membincangkan dengan seberapa ramai rakyat.”

Kata-kata demikian, meskipun membayangkan sikap berwaspada terhadap kemungkinan campur tangan pihak tentera termasuk rampasan kuasa, mempunyai tarikan sendiri dalam memenangi sokongan masyarakat antarabangsa, terutamanya EU.

Kata-kata seperti ´mengembalikan hak asasi individu´, ´Perlembagaan yang ´berlandaskan undang-undang demokratik, sekular dan kepentingan sosial´, serta hasrat mahu ´membahaskannya serta membincangkannya dengan seberapa ramai rakyat´ dilihat selari dengan syarat-syarat yang dikenakan Kesatuan Eropah sendiri.

Kisah tudung Turki masih belum reda bagi sebuah negara majoriti Islam yang berada di persimpangan di antara Timur/Asia dan Barat/Eropah. Apakah negara yang dikenali ‘Negara Dua Benua’ ini akan lemas dikelubungi isu tudung?

hikmah dalam dakwah

Profesionalisma Dakwah Kesan Tabiat Ke-5

KENYATAAN:

Artikel ini adalah sebahagian siri artikel saya berkaitan modul The 7 Habit of Highly Effective People milik Franklin Covey yang cuba saya olah berdasarkan perspektif dan nilai Islam. Tujuannya adalah untuk menggalakkan masyarakat mengambil manfaat daripada buku-buku Self Help yang ada di pasaran untuk memperkemaskan persembahan Islam agar keberkesanannya berada di tahap semasa dan optimum. Ikuti lanjutan artikel ini melalui artikel-artikel di bawah kategori Revolusi Sikap, atau terus ke Pendahuluan, Habit 1, Habit 2, Habit 3, Habit 4, Habit 5, Habit 6 dan Habit 7 – ABU SAIF

“Apa yang saya dah sebutkan tadi, itulah yang Allah dan Rasul sebut. Kalau kamu ikut kamu selamat, kalau kamu tak ikut, tanggunglah sendiri”, kata seorang kawan yang ‘panas’ dengan kedegilan rakannya.

“Saya tidak faham, apa lagi yang perlu dijelaskan untuk menyedarkan golongan yang tak faham bahasa ni. Susah sangatkah nak faham bahawa benda tu haram!”, tegas seorang ustaz yang sedang menggeramkan nada ceramah akibat kedegilan masyarakatnya.

Memang susah untuk kita faham, mengapa sesuatu yang sangat jelas kepada kita, masih kabur di pandangan orang lain.

Tetapi mungkin kita susah untuk memahaminya kerana kita tidak pernah pun berusaha untuk faham. Tidak pernah kerana terlalu sibuk meletakkan harapan orang faham akan kita. Terlalu sibuk meminta difahami hingga tidak sedar akan keperluan memahami.

Itulah saranan HIKMAH di dalam dakwah, yang dibahasakan secara teknikal oleh perbincangan kita yang lalu sebagai SEEK FIRST TO UNDERSTAND, THEN TO BE UNDERSTOOD.

KOMUNIKASI EFEKTIF

Jika komunikasi efektif itu sangat penting di dalam hubungan sosial, apatah lagi dalam perniagaan dan kehidupan seharian, maka sesungguhnya komunikasi efektif itu jugalah merupakan salah satu elemen terpenting bagi menjayakan proses dakwah, menyampai dan menyeru manusia kepada Islam dan kebenaran.

Biarlah orang yang menolak dakwah itu, menolaknya kerana kedegilannya menolak kebenaran. Tetapi amat cela ke atas pendakwah, andai seruannya ditolak bukan kerana permusuhan mad’u terhadap kebenaran, tetapi kerana tidak dapat menerima pendekatan yang diguna pakai oleh pendakwah berkenaan di dalam dakwahnya.

CATATAN SIRAH

Jika direnung kepada Sirah Nabi SAW, Baginda tidak pula bersikap secara superiority attitude atas kebenaran yang dibawanya, hingga berdakwah secara satu hala. Baginda memang tidak pernah peduli akan segala rintangan dan dugaan yang ada di jalan dakwah itu. Tetapi Baginda nyata amat peduli terhadap faktor-faktor manusiawi yang ada pada mad’u yang didekati.

Justeru satu soalan yang ditanya oleh manusia yang pelbagai, maka pelbagai jugalah jawapan yang ditawarkan oleh Baginda SAW.

Apa itu Islam?

Ada masanya Baginda memberikan definisi Islam yang bersangkutan dengan jihad dan peperangan.

Ada masanya Baginda memberikan definisi Islam yang bersangkutan dengan hal-hal kekeluargaan.

Jawapan Baginda sentiasa kena dengan penyoal yang bertanya.

Sama ada ketepatan jawapan Baginda itu datang secara taufiqiyyah atau tauqifiyyah, diilhamkan oleh Allah atau atas kebijaksanaan Baginda sendiri, jelasnya ia adalah suatu bentuk komunikasi efektif yang boleh diteladani.

“IZINKAN SAYA BERZINA”

Pernah sekali, seorang lelaki datang kepada Baginda SAW bertanyakan tentang kebarangkalian yang ada untuk dirinya dibenarkan berzina.

Zina itu bukanlah sesuatu yang terlalu sulit untuk difahami akan keburukannya. Segala sebab itu ada untuk pertanyaan itu dibalas dengan kemarahan oleh Baginda SAW. Malah riwayat di atas menceritakan bagaimana orang ramai yang ada ketika itu menyerbu lelaki berkenaan, memarahinya dengan ungkapan “mah, mah!”, iaitu suatu sebutan kemarahan yang keras terhadap kelancangan mulut seorang lelaki yang meminta izin berzina dari Nabi SAW.

GOLDEN RULES

Namun Baginda itu orangnya penuh hikmah. Berhikmah dalam erti memberikan reaksi yang tepat dengan keperluan. Diajarnya anak muda itu dengan apa yang disebut hari ini sebagai The Golden Rules iaitu “treat others as you would like to be treated.”, bersikaplah kepada orang lain sebagaimana apa yang kamu harapkan dari orang lain untuk bersikap demikian terhadap dirimu”.

Justeru itu, Tabiat ke-5 iaitu “seek first to understand, then to be understood” diamalkan dengan begitu jelas dan meluas sekali di dalam catatan sirah kehidupan Baginda SAW yang bijaksana dalam membina keberkesanan dakwah dan hubungan sosialnya.

Bekalannya tentu sekali Tabiat yang pertama iaitu “be proactive” yang diertikan sebagai “keupayaan mengawal diri” atau secara teknikalnya bermaksud “tekan butang pause bila perlu, untuk memilih reaksi terbaik”

Pemuda itu dibawa mendekati Baginda SAW.

“Wahai pemuda,” sapa Nabi SAW. Lemah lembut, “Apakah kamu suka kalau perbuatan zina itu dilakukan orang lain terhadap ibumu?”

“Tidak, ya Rasulullah. Demi Allah yang menjadikan aku sebagai tebusan anda, saya tidak ingin itu terjadi,” jawabnya. “Begitu juga kebanyakan manusia, tidak menyukai atau menginginkan perbuatan zina itu dilakukan terhadap ibu mereka,” ujar Nabi.

“Apakah kamu senang zina itu dilakukan terhadap anak-anak perempuanmu kelak?” tanya Baginda selanjutnya.

“Sama sekali aku tidak menginginkan hal itu terjadi, ya Rasulullah. Demi Allah, bermimpi pun saya tidak ingin.”

“Begitu pula kebanyakan manusia, mereka tidak senang kalau sampai perbuatan zina itu terjadi pada anak-anak perempuan mereka. Apakah kamu senang kalau zina itu dilakukan terhadap adik beradik perempuanmu?” tanya Baginda lagi.

“Tidak, ya Rasulullah. Demi Allah saya tidak senang.”

“Begitu juga dengan orang lain, sama dengan anda, tidak senang kalau zina itu dilakukan terhadap adik beradik perempuan mereka. Apakah kamu ingin itu terjadi pada ibu-ibu saudaramu?”

“Tidak, ya Rasulullah. Demi Allah tidak,” tandasnya.

“Kebanyakan manusia juga tidak ingin itu terjadi pada ibu-ibu saudara mereka.”

Nabi saw. kemudian meletakkan tangan beliau pada tubuh pemuda itu dan mendoakannya: “Ya Allah, bersihkanlah hatinya, dan peliharalah kemaluannya serta ampunilah dosa pemuda ini”

Nyata sekali pendekatan Baginda SAW itu sentiasa menepati mad’u. Ia berhasil apabila Baginda tidak berdakwah secara satu hala. Tidak pula Baginda itu bersikap “oh aku ini Rasulullah. Seruanku benar, maka tiada kata dua buat kamu”.

Prinsip kebenaran tidak pernah digadai, namun pendekatan menyampaikan prinsip itu, Baginda kaya sekali dengan uswah hasanahnya.

AKIBAT DAKWAH TANPA HIKMAH

Seek First to Understand, then to be Understood, merupakan prinsip penting yang perlu dihayati oleh para pendakwah. Kegagalan memperkayakan pendekatan dakwah dan cara Islam dipersembahkan, bukan sahaja menjadikan manusia itu bosan dan lekas lari apabila didekati, malah pendekatan yang tidak relevan itu bakal menjadi fitnah kepada agama.

Tuesday, October 20, 2009

Sirah Junjungan




Detik-detik akhir kewafatan nabi..


Ya Rasulullah..

Nabi Muhammad s.a.w adalah manusia agung yang ideal dan sebaik-baik contoh sepanjang zaman. Semulia-mulia insan di dunia..

untuk mengingatkan kita…

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. “Bolehkah saya masuk?” tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, “Siapakah itu wahai anakku?” ”Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,”tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut,” kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakan tangisnya.


Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut bersama menyertainya. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. “Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti rohmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.

“Engkau tidak senang mendengar khabar ini?” Tanya Jibril lagi. “Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?” “Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril. Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. ”Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.”

Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. “Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?” Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. “Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi. “Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. “Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.

Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, mendekatkan telinganya.“Uushiikum bis-shalaati, wamaa malakat aimaanukum – peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.” Di luar, pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. “Ummatii, ummatii, ummatiii!” – “Umatku, umatku, umatku”

Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allaahumma sholli ‘alaa Muhammad wa’alaihi wasahbihi wasallim. Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

Usah gelisah apabila dibenci manusia kerana masih banyak yang menyayangimu di dunia, tapi gelisahlah apabila dibenci Allah kerana tiada lagi yang mengasihmu di akhirat kelak.

Tiada couple dalam Islam

DIALOG ANTARA USTAZ DAN PELAJAR YANG DITANGKAP KHALWAT

Keterangan: Ikuti dialog oleh satu pasangan yang sedang berkhalwat tertangkap oleh seorang ustaz. Hayatilah intisari dialog ini, dan muhasabahlah diri kita masing-masing.

Pelajar: Kami tidak berzina!

Ustaz: Maaf, saya tidak menuduh awak berzina tetapi awak menghampiri zina.

Pelajar: Kami hanya berbual-bual, berbincang, bertanya khabar, minum-minum adakah itu menghampiri zina?

Ustaz: Ya, perbuatan ini menjerumus pelakunya ke lembah perzinaan.

Pelajar: Kami dapat mengawal perasaan dan kami tidak berniat ke arah itu.

Ustaz: Hari ini, ya. Besok mungkin kamu kecundang. Kamu dalam bahaya. Jangan bermain dengan bahaya. Iblis dan syaitan akan memerangkap kamu. Sudah banyak tipu daya iblis yang mengena sasaran. Iblis amat berpengalaman dan tipu dayanya amat halus. Ia telah menipu nenek moyang kita yang pertama, Adam dan Hawa. Jangan pula lupa. Siapalah kita berbanding Adam dan Hawa? Ia ada lebih 1001 cara. Ingat pesanan Rasulullah S.A.W.: “Janganlah engkau bersendirian dengan seorang wanita kecuali ketiganya adalah syaitan.” (Riwayat Tabrani). Syaitan akan menghembus perasaan berahi, kita lemah untuk menghadapi tipu daya iblis.

Pelajar: Tidak semestinya semua orang bercinta menjurus kepada penzinaan. Ada orang bercinta dalam telefon dan hantar SMS sahaja. Tak pernah bersua muka pun.

Ustaz: Betul. Itu adalah salah satu yang dimaksudkan dengan menghampiri zina. Memang pada awalnya tidak bersua muka, tapi perasaan pasti bergelora. Lambat laun desakan nafsu dan perasaan serta hasutan iblis akan mengheret kepada suatu pertemuan. Pertemuan pertama tidak akan terhenti di situ sahaja, percayalah, ia akan berlanjutan dan berterusan. Tidakkah itu boleh membawa kepada penzinaan akhirnya?

Pelajar: Takkan nak berbual-bual pun tak boleh? Itu zina juga ke?

Ustaz: Zina ada bermacam-macam jenis dan peringkatnya, ada zina betul, ada zina tangan (berpegang-pegangan), ada zina mata (melihat kekasihnya dengan perasaan berahi). Melihat auratnya juga zina mata. Zina hati iaitu khayalan berahi dengan kekasih sepertimana yang dinyatakan oleh Rasulullah S.A.W.: “Kedua-dua tangan juga berzina dan zinanya adalah menyentuh. Kedua kakinya juga berzina dan zinanya adalah berjalan (menuju ke tempat pertemuan). Mulut juga berzina dan zinanya ialah ciuman.” (Muslim dan Abu Daud). Sebenarnya jalan dan lorong menuju kepada penzinaan amat banyak. Jangan biarkan diri kita berada atau melalui mana-mana jalan atau lorong yang boleh membawa kepada penzinaan.

Pelajar: Duduk berdiskusi pelajaran tak boleh ke? Bincang pelajaran sahaja!

Ustaz: Berdiskusi pelajaran, betul ke? Jangan tipu. Allah tahu apa yang terselit dalam hati hamba-hambanya. Kita belajar nak keberkatan. Kalau cemerlang sekali pun, kalau tak diberkati Allah, kejayaan tidak akan membawa kebahagiaan. Hidup tidak bahagia, akhirat lebihlah lagi. Jangan berselindung disebalik pelajaran yang mulia. Allah suka kepada orang yang berilmu. Jadi belajar hendaklah ikut batas dan ketentuan Allah. Belajar akan jadi ibadat. Adakah berdiskusi macam ini akan ditulis ibadat oleh malaikat Raqib dan Atiq?

Pelajar: Sungguh! Bincang pelajaran sahaja. Ni study group.

Ustaz: Study group? nampak macam lain macam saja. Manja, senyum memanjang, tak macam gaya berdiskusi. Takkan study group berdua sahaja? Ke mana-mana pun berdua. Kalau ye pun carilah study group ramai-ramai sedikit. Kalau duduk berdua-dua macam ini.. betul ke bicang pelajaran? Jangan-jangan sekejap saja bincang pelajaran, yang lain tu banyak masa dihabiskan dengan fantasi cinta!

Pelajar: Tidaklah. Sungguh berbincang pelajaran.

Ustaz: Baik sungguh awak berdua. Takkan awak berdua tak perasan apa-apa? Awak kurang sihat ke? Ingat, kita bukan malaikat, tak ada nafsu. Kita manusia. Jangan nafikan fitrah manusia. Kita ada nafsu, ada keinginan. Itulah manusia.

Pelajar: Kami sama-sama belajar, study group, saling memberi semangat dan motivasi.

Ustaz: Tak adakah kaum sejenis yang boleh dijadikan rakan belajar? Habis sudahkah kaum sejenis yang boleh memberikan motivasi? Jangan hina kaum sejenis. Ingat banyak orang cemerlang yang belajar hanya dengan kaum sejenis. Lebih tenang perasaan, tidak terganggu, dapat berkat dan rahmat pula.

Pelajar: Takkanlah tak ada langsung ruang yang dibenarkan dalam islam untuk bercinta? Adakah islam membunuh terus naluri cinta?

Ustaz: Naluri adalah sebahagian daripada kesempurnaan kejadian manusia. Naluri ingin memiliki dan suka kalau dimiliki (sense of belonging) adalah fitrah. Kalau naluri tidak wujud pada diri seseorang, tak normal namanya. Islam bukan datang untuk membunuh naluri seperti yang dilakukan oleh para paderi atau sami. Jangan nafikan naluri ini. Jangan berbohong pada diri sendiri. Bukan salah dan berdosa kalau perasaan itu datang tanpa diundang. Itu adalah fitrah. Maka tundukkan naluri itu untuk patuh pada perintah Allah. Jadilah manusia yang sihat pada nalurinya. Jangan jadi malaikat! kerana Allah ciptakan kita sebagai manusia. Dunia dan segala isinya akan hambar tanpa naluri nafsu.

Pelajar: Tentu ada cinta secara Islam.

Ustaz: Cinta secara islam hanya satu iaitu perkahwinan. Cinta berlaku setelah ijab qabul; cinta lepas kahwin. Itulah cinta sakral dan qudus. Cinta yang bermaruah. Bukan cinta murahan. Inilah kemuliaan agama kita, Islam. Apabila Islam melarang cinta antara lelaki dan wanita sebelum kahwin, ia membawa kepada sesuatu sebagai ganti yang lebih baik iaitu perkahwinan. Sabda Rasulullah S.A.W.: “Tidak ada yang lebih patut bagi dua orang yang saling mencintai kecuali nikah.” (Ibni Majah). Cinta adalah maruah manusia. Ia terlalu mulia.

Pelajar: Kalau begitu, cinta semua menghampiri kepada penzinaan?

Ustaz: Ya, kalau lelaki dan perempuan bertemu tentu perasaan turut terusik. Kemudian perasaan dilayan. Kemudian teringat, rindu. Kemudian aturkan pertemuan. Kemudian duduk berdua-dua. Kemudian mencari tempat sunyi sedikit. Kemudian berbual panjang sehingga malam gelap. Hubungan makin akrab, dah berani pegang tangan, duduk makin dekat. Kalau tadi macam kawan, sekarang macam pengantin baru. Bukankah mereka semakin hampir dan dekat dengan penzinaan? Penghujung jalan cinta adalah penzinaan dan kesengsaraan. Kasihanilah diri dan ibu bapa yang melahirkan kita dalam keadaan putih bersih tanpa noda seekor nyamuk sekalipun!

Pelajar: Masih ramai orang yang bercinta tetapi tetap selamat, tidak sampai berzina. Kami tahan diuji.

Ustaz: Allah menciptakan manusia. Dia tahu kekuatan dan kelemahan manusia. Manusia tidak tahan ujian. Oleh itu, Allah memerintahkan supaya diri menjauhi perkara yang ditegah. Takut manusia kecundang.

Pelajar: Jadi manusia itu tak tahan diuji?

Ustaz: Kita manusia dari keturunan Adam dan Hawa, sejak awal penciptaan manusia, Allah telah mengingatkan manusia bahawa mereka tidak tahan dengan ujian walaupun kecil. Allah takdirkan satu peristiwa untuk iktibar manusia. Allah tegah Adam dan Hawa supaya jangan makan buah Khuldi dalam syurga. Allah tahu kelemahan pada ciptaan manusia. Tak tahan diuji. Oleh itu, Allah berpesan pada Adam dan Hawa, jangan hampiri pokok Khuldi. Firman Allah S.W.T.: “Wahai Adam! Tinggallah engkau dan isterimu di dalam syurga serta makanlah dari makanannya sepuas-puasnya, apa sahaja yang kamu berdua sukai dan jangan hampiri pokok ini, (Jika kamu menghampirinya) maka akan menjadilah kamu dari orang-orang yang zalim.” (Al-A’araf:ayat 19). Tegahan yang sebenarnya adalah memakan buah Khuldi. Tetapi Allah tahu sifat dan kelemahan Adam dan Hawa. Jika menghampiri perkara yang ditegah, takut nanti mereka akan memakannya kerana mereka tidak dapat mengawal diri. Demikianlah dengan zina. Ditegah zina. Maka jalan ke arah penzinaan juga dilarang. Takut apabila berhadapan dengan godaan penzinaan, kedua-duanya kecundang. Cukuplah kita belajar daripada pengalaman nenek moyang kita Adam dan Hawa.

Pelajar: Tetapi cinta lepas kahwin banyak masalah. Kita tak kenal pasangan kita secara dekat. Bercinta adalah untuk mengenali hati budi pasangan sebelum membuat keputusan sebelum berkahwin.

Ustaz: Boleh percaya dengan perwatakan masa sedang bercinta? Bercinta penuh dengan lakonan yang dibuat-buat dan kepura-puraan. Masing-masing akan berlakon dengan watak yang terbaik. Penyayang, penyabar, pemurah dan pelbagai lagi. Masa bercinta adalah alam lakonan semata-mata. Masa bercinta, merajuk ada yang akan pujuk. Jangan haraplah lepas kahwin bila merajuk ada yang memujuk. Banyak orang yang kecewa dan tertipu dengan keperibadian pasangan semasa bercinta. Perangai jauh berbeza. Macam langit dan bumi. Masa bercinta, dia seorang yang amat penyayang, sabar tunggu pasangan terlambat berjam-jam. Tapi bila dah kahwin lewat 5 minit dah kene tengking. Jadi, perwatakan masa bercinta adalah suatu kepuraan yang hipokrit.

Pelajar: Percayalah kami bercinta demi merancang kebahagiaan hidup nanti.

Ustaz: Bagaimana diharap kebahagiaan jika tidak mendapat redha Allah? Kebahagiaan adalah anugerah Allah kepada hamba-hambanya yang terpilih. Kebahagiaan bukan ciptaan manusia. Manusia hanya merancang kebahagiaan. Allah yang akan menganugerahkannya. Bagaimana mendapat anugerah kebahagiaan itu jika jalan mencapainya tidak diredhai Allah. Kebahagiaan hidup berumah tangga mestilah melalui proses yang betul. Sudah tentu prosesnya bukan cinta sebegini. Allah tidak meredhai percintaan ini. Cinta yang diredhai, cinta selepas kahwin. Bagaimana untuk mendapat keluarga yang bahagia jika langkah memulakannya pun sudah canggung. Bagaimana kesudahannya?

Pelajar: Tanya sikit adik angkat, kakak angkat, abang angkat boleh ke? Ganti bercinta.

Ustaz: Semua itu adalah perangkap syaitan. Hakikatnya sama. Cinta yang diberi nafas baru. Kulitnya nampak berlainan, tapi isinya sama. Adik, abang, kakak angkat adalah suatu bentuk tipu daya iblis dan syaitan. Manusia yang terlibat dalam budaya “angkat” ini sebenarnya telah masuk ke dalam perangkap syaitan. Cuma menunggu masa untuk dikorbankan.

Pelajar: Jadi seolah-olah orang yang bercinta telah hilang maruah diri?

Ustaz: Mengukur maruah diri bukan ditentukan oleh manusia tetapi oleh Pencipta manusia. Sebab ukuran manusia sering berbeza-beza. Orang yang sedang mabuk bercinta mengatakan orang yang bercinta tidak menjejaskan apa-apa maruah dirinya. Manakala bagi orang yang menjaga diri, tidak mahu terlibat dengan cinta sebelum kahwin akan mengatakan orang yang bercinta sudah tidak bermaruah. Cintanya ditumpahkan kepada orang yang belum layak menerima cinta suci. Kalau begitu ukuran maruah atau tidak ditentukan oleh Allah.

Pelajar: Adakah orang yang bercinta hilang maruah?

Ustaz: Antara kemuliaan manusia ialah maruah dirinya. Orang yang bercinta seolah-olah cuba menggadaikan maruahnya kerana mereka sedang menghampiri penzinaan. Manakala orang yang bercinta dan pernah berzina tidak layak berkahwin kecuali dengan orang yang pernah berzina juga. Mereka tidak layak untuk berkahwin dengan orang yang beriman. Allah berfirman: “Lelaki yang berzina(lazimnya) tidak ingin berkahwin melainkan dengan perempuan yang berzina atau perempuan musyrik; dan perempuan yang berzina itu pula(lazimnya) tidak ingin berkahwin dengannya melainkan oleh lelaki yang berzina atau lelaki musyrik.Dan perkahwinan yang demikian terlarang kepada orang-orang yang beriman.” (Surah an-Nur:Ayat3). Jadi orang yang pernah bercinta juga tidak sesuai untuk berkahwin dengan orang yang tidak pernah bercinta. Tidakkah itu suatu penghinaan dari Tuhan.

Pelajar: Jadi orang yang bercinta hanya layak berkahwin dengan orang pernah bercinta?

Ustaz: Itulah pasangan yang layak untuk dirinya kerana wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik. Lelaki yang baik untuk wanita yang baik.

Pelajar: Kami telah berjanji untuk sehidup semati.

Ustaz: Apa yang ada pada janji cinta? Berapa banyak sudah janji cinta yang musnah? Lelaki, jangan diharap pada janji lelaki. Mereka hanya menunggu peluang keemasan sahaja. Habis madu, sepah dibuang. Pepatah itu diungkap kerana ia sering berulang sehingga menjadi pepatah.

Pelajar: Masihkah ada orang yang tidak bercinta pada zaman ini?

Ustaz: Ya, masih ada orang yang suci dalam debu. Golongan ini sentiasa ada walaupun jumlah mereka kecil. Mereka akan bertemu suatu hari nanti. Mereka ada pasangannya. Firman Allah S.W.T.: “Dan orang-orang lelaki yang memelihara kehormatannya serta orang-orang perempuan yang memelihara kehormatannya (yang memelihara dirinya daripada melakukan zina) Allah telah menyediakan bagi mereka semuanya keampunan dan pahala yang besar.” (Al-Ahzab:ayat 35).

Pelajar: Bagaimana kami?

Ustaz: Kamu masih ada peluang. Bertaubatlah dengan taubat nasuha. Berdoalah serta mohon keampunan dariNya. Mohonlah petunjuk dan kekuatan untuk mendapat redhaNya.

Pelajar: Kami ingin mendapat redha Tuhan. Tunjukkan bagaimana taubat nasuha.

Ustaz: Taubat yang murni. Taubat yang sebenar-benarnya. Taubat yang memenuhi 3 syarat:
1.Tinggalkan perbuatan maksiat. Putuskan hubungan cinta yang tidak diredhai Allah ini.
2.Menyesal. Menginsafi diri atas tindak tanduk hidup yang menjurus diri dalam percintaan.
3.Berazam. Bertekad di dalam hati tidak akan bercinta lagi dengan sesiapa kecuali dengan seseorang yang bernama isteri atau suami. Saatnya adalah setelah ijab Kabul.

Pelajar: Ya Allah. Hambamu telah tersesat jalan. Ampunilah dosa-dosa hambamu ini. Sesungguhnya engkau Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat. Berilah kekuatan kepadaku untuk menghadapi godaan keremajaan ini. Anugerahkan kepadaku perasaan benci kepada maksiat. Hiasilah diriku dengan akhlak yang mulia. Ibu dan ayah, anakmu berdosa. Engkau jagaku sedari kecil dengan kasih sayang. Mengapa kucurahkan kasihku kepada orang lain. Oh tuhan, hambamu yang berdosa. Amin, Ya Rabb.

Ustaz: Moga Allah terima taubatmu.

Pelajar: Kita berpisah kerana Allah, kalau ada jodoh tidak ke mana.

Ustaz: Ya Allah, bantulah mereka. Kini mereka datang ke pintuMu, mencari redhaMu, terimalah taubat mereka.

Monday, October 19, 2009